Saya Takut Setelah Nonton Televisi


Masih ingat gak kalian, tayangan WCW atau yang lebih tenar Smack Down? Yah... tayangan yang cukup menarik, hiburan untuk penonton, karna pemainnya dapat melakukan apa saja untuk menang. Tayangan yang sempat dilarang karena adegan kekerasan tersebut yang dilakukan oleh atlit gulat profesional ditiru oleh anak SD. Setelah kejadian tersebut masuk TV dan koran dan hal-hal sejenisnya, baru lah.. tayangan tersebut dilarang untuk tampil dibawah jam 23.00.

Tapi sekarang malah muncul lagi, kekerasan ditelevisi yang ditayangkan hampir setiap hari, opera van java... waakakakakaaa... enggak deng... ini mah bukan kekerasan ya... kan cuma bercanda... lagian dah ditulisi jangan meniru adegan ini wekekekeee....

"TERMEHEK-MEHEK" ini baru pembodohan. bagai mana tidak? sebuah cerita yang diskenario yang berisi bentakan-bentakan, isak tangis, kejar mengejar, yang hampir disetiap episodenya selalu melibatkan tukang pukul. Kenapa tayangan ini ditampilkan pada jam tayang umum termasuk anak-anak (jam 16.00 s/d 21.00)

Adegan yang penuh kemarahan dipertontonkan, saling dorong, saling bentak, saing tarik, salling memaki, dan hal-hal yang tidak pantas diperlihatkan kepada anak-anak. Yang lebih mengharukan lagi, para orang tua dengan nyamannya menonton berdampingan dengan anak mereka yang mungkin baru berumur 10 tahun.

Bangsa yang ironis.

Mungkin efeknya berbeda dibanding dengan anak yang menonton WCW. Bukan kekerasan fisik yang ditonton di "TERMEHEK-MEHEK". Tapi kekerasan psikologi yang diserap oleh anak-anak.

Sampai kapan pemerintah akan diam? Atau mungkin sudah ada dalam pikiran pemerintah tapi gak ada tindakan. ya sudah lah.... yang jelas.... Kenyamanan kita yang tinggal di desa, penuh dengan ketentraman, kebersamaan, kekhusuan beribadah, berusaha menjauhkan diri dari kekerasan kota besar (mungkin) percuma... Trans TV telah menyajikan semua hal yang mungkin hanya kita dapatkan dikota. Semua tersaji dan terserap baik oleh otak anak kita yang sedang baik-baiknya merekam seluruh kejadian yang dilihat, didengar dan dialaminya. anak-anak kita bak layaknya hidup di dalam kerasnya kehidupan terminal, dimana semua amarah dapat dikeluarkkan sewaktu-waktu, semua caci maki yang walau sudah disensor dapat dilontarkan kepada semua orang bahkan kepada bapak kita, ibu, anak, atau musuh kita. Kesantunan dalam pergaulan menjadi asing bagi mereka.Bagai mana mereka didik di sekolah dasar, mempelajari pelajaran IPS, PPKN/Kewarganegaraan, Agama menjadi sia-sia setelah mereka menonton tayangan ditelevisi.

Apa tujuannya Stasiun swasta tersebut mempertontonkan reality show yang sudah direka-reka?
mencari rating? tentu saja... apa yang lebih berharga dari pada rating penonton pada jam-jam tersebut (18.00 s/d 21.00). kalo rating sudah tercapai target secara otomatis berikutnya menyusul adalah sponsor, berapa besar yang berani dibayarkan oleh sebuah produk untuk dapat tampil di sela-sela acara yang ditonton oleh hampir seluruh penduduk indonesia. penduduk yang secara tidak sadar telah diracuni oleh kekerasan. Keuntungan materi dikejar dengan mengorbankan ahlak anak-anak kita.

Well.... itu cuma opini yang ada diotak saya setiap saya mengganti chanel di Televisi 14" saya.
Berusaha mengganti dengan yang lebih bermutu. Karna saya tidak mau menjadi lebih bodoh setelah menonton TV. bagai mana dengan anda? Apakah anda merasa menjadi lebih bodoh setelah menonton TV?

0 comments:

Posting Komentar